Hana Tajima ternyata adalah
seorang mua’laf yang bersyahadat saat dia berumur 17 tahun, yaitu saat dia
menginjak bangku kuliah.
Sebelumnya, Hana adalah seorang
pemeluk Kristen. Ia tumbuh di daerah pedesaan di pinggiran Devon yang terletak
di sebelah barat daya Inggris. Kedua orang tuanya bukan termasuk orang yang
religius, namun mereka sangat menghargai perbedaan. Di tempat tinggalnya itu
tidak ada seorang pun warga yang memeluk Islam. Persentuhannya dengan Islam
terjadi ketika Hana melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dan berteman dengan
beberapa orang muslim.
Dalam pandangan Hana, saat itu
teman-temannya yang beragama Islam terlihat berbeda. Mereka terlihat menjaga
jarak dengan beberapa mahasiswa tertentu. Mereka juga menolak ketika diajak
untuk pergi ke pesta malam di sebuah klub. Bagi Hana, hal itu justru sangat
menarik. Terlebih, teman-temannya yang Muslim dianggap sangat menyenangkan saat
diajak berdiskusi membahas materi kuliah. Menurut dia, mahasiswa Muslim lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk membaca di perpustakaan ataupun berdiskusi.
Dari teman-teman Muslim itulah,
secara perlahan Hana mulai tertarik dengan ilmu filsafat, khususnya filsafat
Islam. Sejak saat itu pula, Hana mulai mempelajari filsafat Islam dari
sumbernya langsung, yakni Alquran. Dalam Alquran yang dipelajarinya, ia
menemukan fakta bahwa ternyata kitab suci umat Islam ini lebih sesuai dengan
kondisi saat ini.
Lalu, dia memutuskan untuk
menjadi mu’alaf alasan lain karena dia sudah muak dengan kebiasaan anak
muda london yang tak bisa lepas dari pergaulan bebas.
Hana mulai mengenakan jilbab di
hari yang sama ia bersyahadat. Pada awal berjilbab, ia merasa "keluar dari
diri saya". Padahal, ia sudah merancang busana-busananya senyaman mungkin.
Bahkan di lingkungan teman dekatnya, semua agak berubah menjadi canggung
setelah ia berjilbab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar